Setiap minggu ada saja film baru yang rilis—baik di bioskop, streaming platform, maupun media sosial. Tapi dengan begitu banyak pilihan, muncul satu pertanyaan penting sebelum kita menghabiskan waktu 2 jam di depan layar:
“Film ini layak ditonton atau tidak?”
Nah, di sinilah pentingnya review dan rating. Tapi bagaimana cara menyaring mana review yang obyektif, dan bagaimana membaca rating secara cerdas?
1. Rating Itu Panduan, Bukan Kebenaran Mutlak
Situs seperti IMDb, Rotten Tomatoes, atau Letterboxd memang memberi gambaran awal. Tapi angka bukan segalanya. Sebuah film bisa dapat skor tinggi secara teknis, tapi belum tentu cocok dengan selera pribadi kamu.
Rating tinggi ≠ kamu pasti suka.
Rating rendah ≠ pasti jelek.
2. Baca Review yang Sesuai dengan Gaya Tontonanmu
Pilih reviewer atau platform yang gayanya sejalan dengan kamu. Kalau kamu suka film drama slow-burn, review dari fans horor slasher mungkin kurang relevan. Begitu pula sebaliknya.
Cek review yang menyertakan alasan:
✅ Alur cerita
✅ Kekuatan akting
✅ Visual sinematik
✅ Kedalaman emosi
✅ Plot twist (tanpa spoiler!)
3. Perhatikan Konsistensi Komentar dari Banyak Sumber
Kalau banyak reviewer menyebut hal yang sama—misalnya “aktingnya lemah” atau “ending-nya membingungkan”—itu bisa jadi petunjuk penting. Tapi tetap kombinasikan dengan preferensi pribadi.
4. Jangan Abaikan Film dengan Rating Menengah
Justru banyak film underrated yang berada di zona 6–7/10. Film-film ini mungkin tidak sempurna, tapi punya cerita, pesan, atau gaya visual yang unik. Kadang, justru di sanalah kita menemukan pengalaman nonton yang paling berkesan.
5. Trust Your Instinct
Terkadang kamu sudah tahu dari trailer, poster, atau vibe awal bahwa film ini “punyamu banget”. Kalau begitu, tonton saja. Biarkan review jadi referensi, bukan penentu. Karena pengalaman menonton adalah hal yang sangat personal.
Kesimpulan:
Film bukan soal benar-salah atau bagus-jelek semata. Ia adalah pengalaman—dan setiap orang punya rasa yang berbeda. Gunakan review dan rating sebagai kompas, bukan GPS absolut. Dan jangan ragu bilang, “Film ini bukan buatku,” meskipun semua orang memujinya.
Karena pada akhirnya, film yang “layak” itu adalah film yang berarti buatmu.